Suamiku Mengijinkanku Selingkuh

Cerita ini ditulis berdasarkan Kisah Nyata. Plot dan Alur Cerita dibuat sedekat mungkin dengan pengalaman penulis, hanya saja ada sedikit improvisasi untuk membumbui cerita ini. Disarankan agar membaca cerita ini dengan suami and agar anda bisa berfantasi dengan sumi anda malam ini.

Alya Pangestuti, begitu orang tuaku memberi nama kepadaku. Saat aku menulis cerita ini, aku telah menginjak umur 26 Tahun. Aku seorang pegawai negeri sipil di kota tempatku tinggal, Semarang. Sebagai anak keturunan jawa yang ku peroleh dari Ayahku, dan Cina dari ibuku, aku memiliki penampilan dan sifat anggun yg kumiliki,  aku sendiri percaya sangat cukup untuk membuat lelaki terpesona. Ya, dengan tinggi 160 Cm, tubuh langsing berisi, dan buah dada 34 B ditambah kulit putih dan wajah menawan mirip seperti Alya Rohali, membuatku sering dibilang memiliki penampilan sempurna.

Aku sudah 3 tahun ini menikah dengan seorang lelaki tampan, Arif Wibowo namanya. Seorang pengusaha sukses yang dapat memberiku segala kecukupan. Namun, hanya satu yang sulit kuperoleh darinya, yaitu waktunya untukku. Dia terlalu sibuk menggeluti bisnisnya sehingga aku sendiri jarang ia sentuh. Dulu, sewaktu berstatus pengantin baru, aku dan Arif hampir bersetubuh setiap malam. Namun, memasuki pertengahan tahun kedua pernikahan kami, bisnisna melejit sampai harus sering meninggalkanku ke luar kota. Jadi lah, tubuhku yang bagi laki - laki lain ini menggiurkan, hanya seminggu sekali disentuh olehnya, bahkan pernah sampai 10 hari baru aku disentuh Arif.

Sedikitnya waktu Arif untukku itu masih dapat terobati dengan adanya anakku, Rachel Salsabila. Hari - hariku sepulang kantor ku habiskan dengan putri kesayanganku itu. Namun, tetap saja tak bisa mengobati hasrat seksualku yang kadang kala muncul. Jadi lah aku lebih sering bermartusbasi, membayangkan diriku sedang disetubuhi oleh Arif.

Jalan kehidupanku kemudian berubah, aku lebih sering terangsang karena lebih sering membayangkan disetubuhi oleh Arif daripada disetubuhi langsung olehnya. Tak jarang vaginaku basah saat mengobrol dengan teman - temanku yang arah pembicaraannya ke arah seks.

Sore itu aku, Maya, dan Septi teman seruangku sedang mengobrol acara tv favorit kami, film - film india yang kini banyak tayang. Apalagi yang kami bicarakan kalau bukan pemeran laki - lakinya yang bertubuh besar dan tampan, sampai - sampai penisnya pun kami bicarakan. Hihihi

"Ganteng, tapi kalo ga hebat kasur percuma aja", kataku mengomentari obrolan kami,
"Ih, Alya. Kalau orang india gitu, tongkolnya pasti gede - gede. Nih, coba liat ada aku liat di internet tongkol - tongkol orang india gitu", jawab Maya sambil menunjukkan foto penis di hp nya yang ku tebak berukuran 16 Cm dan diameter 5 atau 6 cm itu.


"Wiiih, itu sih bukan tongkol. Itu paus. Gede banget, berurat lagi. Ckckckck", komentarku.
"Alaaah, gitu mah biasa aja kali. Punya suamiku segitu juga", Septi menimbrung obrolan kami.
"Hah? Masa' Sep? Gimana rasanya?" Tanyaku seakan ga percaya.
"Iya, sumpah. Ya enak lah, apalagi kalo punya suamiku kepalanya lebih gede dari yang di foto itu. Gue yang lahiran normal aja, rasanya sesek terus dibuat suamiku", jawab Septi bangga.
"Lah kalo gue, yang cesar gimana yak?", aku terceplos membayangkan penis sebesar itu memasuki vaginaku. Uhhh, malunya aku.
"Haha, pengen kamu, Ya?", Maya langsung menanggapiku.
"Aduh, bukan pengen. Kebayang aja kan. Sebesar gitu masuk, yang biasanya masuk setengahnya dari itu. Kaya perawan lagi, dong" jawabku.
"Hihihihi, jangan dibayangin kali, ntar pengen. Masa gue nyuruh suamiku ml sama kamu", jawab Septi.

Kami pun tertawa cekikikan, dan tak terasa jam pulang kantor sudah tiba. Segera kami meninggalkan kantor kami. Dalam perjalanan pulang, aku membayangkan betapa nikmatnya Septi punya suami berpenis besar seperti itu, seandainya punya suamiku sebesar itu, sudah pasti aku akan sangat kenikmatan. Ahh, vaginaku sampai terasa lembab membayangkannya. Sial, mana si Arif belum ada kabar kapan pulangnya lagi. Aduuh, kalo sudah seperti ini, pasti aku yang kerepotan harus bermasturbasi.

Begitu sampai dirumah, ku lihat Rachel sedang tidur. Segera aku ke kamarku. Ku tutup pintu kamarku, kemudian segera ku tanggalan satu per satu kancing seragam dinasku. Ku remas - remas sendiri buah dadaku yang masih tertutup bra itu. Setelah seragamku lolos dari badanku, segera ku buka pengait braku. Dan terpampang lah buah dadaku yang ranum itu. Aku pun kemudian menurunkan rok ku sehingga sekarang hanya tersisa celana dalam yang melekat di badanku.

Aku memulai masturbasiku, sambil ku bayangkan Arif sedang bersamaku saat ini. Ku remas dan pelintir puting kiriku seakan - akan itu Arif yang sedang melakukannya. Tanganku satunya mengelus - elus vaginaku dari luar celana dalam yang sudah terasa sangat basah sekali.

Aku sudah tak tahan lagi, ku lolosi celana dalamku, ku mainan klitorisku sendiri dan sesekali ku masukkan jariku ke dalam luang vaginaku, sambil tetap ku remas - remas buah dadaku. Terasa sangan nikmat sekali, meskipun tak senikmat dengan Arif.
"Uuuhh, shhh, ehmmmm. Rif ayo, nikmati tubuhku ini Sayang. Dah lama nih ga kamu sentuh", desahku di tengah mastubasiku.


Tak lama, sekitar 10 menit kemudian. Aku merasakan aku akan segera mencapai orgasmeku. Dan benar saja, tak lama kemudian aku merasakan geli di sekujur tubuhku, dan vaginaku menyemprotkan cairannya. 5 menit aku terdiam, meresapi orgasme ku yang baru saja ku peroleh. Badanku lemas sekali rasanya. Segera aku berganti pakaian, takut anakku tiba - tiba masuk ke kamar dan melihat aku sesang telanjang seperti ini.

Aku kemudian melakukan tugasku sebagai seorang ibu rumah tangga. Mengurusi rumah dan anak ku. Malam harinya sekitar jam 9, saat anakku sudah tidur, terdengar suara ketukan pintu. Siapa sih yang bertamu malam - malam begini.

Aku menuju ke pintu, dan begitu ku buka, sungguh terkejutnya aku melihat Arif yang berada di balik pintu. Pasti dia sengaja melakukan ini, dasar si Arif.

"Ihh, sayaaaang. Kok ngejutin gini sih pulangnya?", tanyaku sambil membawa barang bawaannya.
"Ya, sekali - kali boleh dong. Mana Rachel?", jawabnya.
"Udah tidur tuh, kamu mandi gih", kataku.
Arif tak menjawabku, namun malah menarikku ke pelukannya. Wajah kami bertatapan.
"Genit ih, main tarik peluk aja", kataku sambil tersenyum. Siapa coba yang tidak bahagia bisa seperti ini dengan suaminya sendiri.
"Biarin, dah ga tahan nih"
"Ah, aku kasi dp aja ya. Mandi dulu, bau badanmu", kataku dan kemudian memberikan kecupan di bibirnya. Biar tau rasa gimana rasanya nahan nafsu sendiri. Hihihhi.

15 menit kemudian, Arif telah selesai dari mandinya. Aku sudah bersiap di ranjang kami dan hanya mengenakan daster tidurku yang tipis menerawang sehingga tampak bra dan celana dalamku. Arif rupanya sudah tak sabar. Dilepasnya handuk yang melilit tubuhnta itu hingga terlihat lah penisnya yang sudah berdiri tegak, dan segera ia menghampirku ke ranjang. Diraihnya aku ke pelukannya. Kami yang sudah sama - sama bernafsu, langsung berpagutan bibir. Bibirku dan bibirnya saling mengemut, lidah kami bergantian memasuki mulut. Tangan arif beraksi membuka ikatan dasterku, dan kemudian melepaskannya dari badanku dan membuangnya ke sisi ranjang yang lain.

Sambil berciuman, tangan kanan Arif mengelus tubuhku, mulai dari lutut, paha, selangkangan, perut, hingga sampai di payudaraku. Aku menggeliat menahan geli, terlebih saat ia mulai meremasi payudaraku. Tangannya pun kemudian membuka kaitan braku, lalu di remas kembali payudaraku dan dipelintirnya puting ku bergantian. Oh, sungguh nikmat sekali.

Arif menarik bibirnya, kemudian ia menjilati leherku sampai ke belakang telingaku. Lalu turun lagi ke leher, ke ketiakku, dan sampai di bongkahan payudaraku. Dijilatina payudaraku, diemut, dan digigit kecil putingnya.

"Ehmmm, yaaang ahh, nakal ihh", Aku tak kuasa menahan desah. Siapa coba yang tahan diperlakukan seperti ini.
Tangan Arif kemudian merambah selangkanganku. Dielusnya vaginaku dari luar celana dalam. Aku tak sabar, lalu ku buka sendiri celana dalamku agar bebas dipermainkan Arif. Diserangnya klitorisku sambil sesekali ia masukkan jarinya ke lubang vaginaku.

"Achhh achhh achhh, yang cepet sayaaaangghh" desaku sambil meminta Arif mempercepat kocokan jarinya di vaginaku.

Tapi Arif tak mempedulikannya, Ia malah mengehentikan kocokannya. Namun kemudian, perlahan lidahnya mulai menjilati permukaan kulit perutku, dan sampai ke vaginaku. Tanpa pikir panjang, Arif dengan rakus menjilati kkitorisku dan jarinya mengocok vaginaku.

"Aachss, oouhh, aahhh", aku mendesah keras sambil menjabak rambutnya ditekankan ke vaginaku.
"Yaaannfgghh aacchh, yaaang cepet, dduuhhn lidahmu nakall ich" racauku menerima perlakuan dari Arif.

5 menit Arif sibuk menjilati vaginaku, terasa sesuatu akan keluar dari vaginaku. Tak lama, badanku mengejang, vaginaku seperti menyemprotkan sesuatu.

"Aacchhh yaaang, sayaaaanngg, aku keluarrrhh", setenga berteriak aku mengekspresikan kenikmatan yang ku peroleh. Ya, aku dapat orgasme ku yang pertama kali. Arif pun mengerti, ia hentikan cumbuanna di vaginaku agar aku bisa meresapi orgasmeku.
Setelah beberapa saat, aku pun berinisiatif untuk aktif memberikan rangsangan ke Arif. Tanganku meraih penisnya, mengocoknya pelan. Ku jilati daun telinganya, turun ke leher, dan bermain denan putingnya yang kecil itu. Lalu perlahan turun ke perut, dan sampai ke penisnya. Ku jilati penisnya itu mulai dari pangkal hingga ke lubang kencingnya. Lubang kencingnya ku gelitik dengan lidahku. Laku ku masukkan batang penisnya ke dalam mulutku, dan dengan gerakan maju mundur aku memberikan pelayanan oral terbaikku ada Arif. Sesekali ku lepas hisapanku dari Penisnya dan beralih menjilati dan mengulum kantong pelirnya. Arif meringis nikmat, ku perlakukan seperti itu. Setelah cukup, aku pun menghentikan servis oralku.

Aku kemudian mengambil posisi yang pas untuk menaiki Arif, ku arahkan penisnya Arif dan vaginaku di posisi yang pas. Lalu ku turunkan badanku. Ku resapi mili demi mili gesekan antara penisnya dan vaginaku. Ku diamkan beberap saat, lalu aku memulai goyanganku. Ku naik turunkan badanku sehingga penis Arif tampak tenggelam timbul di vaginaku. Arif pun sibuk mengimbangi goyananku dan meremas - remas payudaraku.

"Oocchh, udah laamaa ga gini. Enaaakk bangethhhss", desahku
"Acchhh, sumpah aacchh, bsokk jngan pergihhh acchh, aku mau dipake truss sama kamu yang" racauku
5 menit kami posisi seperti itu, Arif meminta ganti. Ia ingin menusuk vaginaku dari belakang. Dengan cepat Arif memaju mundurkan penisnya di vaginaku, sambil menampar pantat dan meremas - remas payudadaku yang menggantung.
"Ehmmmmm yaanggh ahhh"
"Duhh enakkss bngettt duhh, pengen kluarrg lagi"
"Ahhhh, aaahh, ahhh", Arif makin mempercepat pompaanya, aku berteriak. Tak terpikir lagi anak ku mungkin biaa terbangun di kamar sebelah.
"Aku keluàrhhh yanggghh,  ahahhh" . Aku mencapai orgasmeku yang kedua. Badanku langsung lemas dan ambruk ke ranjang.

Tak lama, Arif ingin posisi berada di atasku. Dimasukkannya lagi penisnya ke dalam vaginaku. Dan kembali dipompanya vaginaku itu.

Aku yang sudah lemas hanya mampu mendesah dan tak mampu lagi mengimbangi goyangannya. Aku hanya bisa pasrah  diperlakukan apa saja oleh Arif, toh dia suamiku.

"Ahhhcchhss achhhhss",
"Orrgghh, Alyaaaa,, aku mau kluarhhh nih", kata Arif tengah memompa vaginaku.
"Iyaaahhh yangg, kluarriiin cepetth. Aku dah lemess", jawabku. Yang direspon oleh Arif dengan mempercepat pompaannya.
"Aahhhhh", teriak kami bersamaan saat Arif menyemprotkan spermanya yang banyak ke dalam vaginaku. Terasa hangat, dan nikma.

Kami pun tertidur lelap malam itu. Sunguh memuaskan dahaga seks ku yang sudah 10 hari tak disentuh olehnya. Arif berencana akan berangkat untuk urusan bisnisnya 3 hari lagi, dan selama itu aku akan meminta jatahku terus setiap malamya.
Pada hari yang ketiga, sebelum Arif berangkat. Kami melakukannya 3 kali. Kebetulan itu juga hari libur. Selesai itu, kami bersantai di depan tv. Anakku sengaja menitipkan anakku ke ibunya Arif, agar kami bisa leluasa bersetubuh hari itu. Kami pun mengobrol banyak hal saat itu.

"Yang, jangan lama - lama ya perginya, kalo kamu ga ada, capek aku main sendiri. Enaknya nggak kaya sama kamu", kataku genit.
"Ya, aku juga maunya begitu. Tapi ada yang harus diurusin, ya udah kelar baru bisa pulang", jawabnya.
"Ihhh, awas aja lama - lama. Ntar aku diambil orang", jawabku merajuk.
"Ohhh, mau selingkuh?", Gertaknya
"Enak aja, ga lah.", jawabku.
"Heem, kalo kamu selingkuh, aku bakal cerain kamu", katanya
"Kamu juga, kalo selingkuh. Aku cerain kamu juga", jawabku.
"Tapi, kalo kamu emang butuh, lagi kepengen banget. Aku ga masalah kok dengan cowok lain. Tapi, harus sepengetahuan aku. Siapa orangnya, dimana, dan harus kamu ceritain ke aku", kata Arif yang membuatku tertegun.
"Ga mungkin lah, ngawur omongan mu. Dah gila", jawabku setengah marah.
"Sayang, gini nih. Aku ga mau kamu main di belakangku. Sedangkan kamu pasti butuh itu. Aku tau, nafsu seks pun besar. Aku kasian, sebagai suami ga bisa menuhin nafsu seks mu setiap kamu mau. Makanya, aku ga bakalan marah dan ngerti kalo kamu bercumbu dengan laki - laki lain, asal sepengetahuanku saja", jawab dia.
"Ahh, gila ah. Ga waras kamu, udah jangan diterusin, nanti tambah ngawur kamu", kataku tegas.

Arif hanya diam. Aku pun terdiam. Tak ku sangka, Arif bisa berpikiran seperti itu. Aku tak ada menegurnya hari itu, hanya mengucapkan hati - hati pada waktu ia mau berangkat. Arif akan berada di luar kota selama 1 minggu, dan selama itu, keseharianku akan kembali sepi. Hanya kantor, rumah yang tanpa Suami.

Keesokannya, aku masuk kantor seperti biasa. Aku lupa kalau hari itu ada meeting, sehingga aku datangnya agak telat. Semua pegawai tampak sudah masuk ke ruangan meeting. Aduh, sialnya aku. Dan begitu mau masuk ke ruang meeting, Kepala Kantorku langsung membentak dan menyuruhku keluar. Nasib deh.

Aku kemudian berjalan ke ruanganku, namun saat melintasi Toilet, aku mendengar ada suara desahan wanita seperti sedang bersetubuh. Aku yang penasaran dengan bunyi suara itu lalu mencari cara melihat ke dalam toilet, asal sumber suara tersebut. Dan beruntungnya aku, ada satu lubang kecil pintu di toilet yang bisa kupakai untuk mengintip. Hemm, mungkin ini sering dipakai pegawai laki - laki untuk mengintipi kami. Hihihihi
Dengan perlahan aku mengintip ke lubang kecil itu, dan betapa terkejutnya aku melihat Maya sedang dipompa oleh Imron, salah satu pegawai laki - laki di kantorku. Rok maya dinaikkan ke pinggangnya, dan kancing bajunya terbuka, serta branya yang dinaikkan ke atas, sedangkan Imron celananya entah kemana. Posisi maya sedang berdiri sambil tangannya di dinding menahan tubuhnya yang digoyang dari belakang oleh Imron. Tangan Maya satu lagi memegang mulutnya, pasti agar desahannya tak terlalu kuat.

Imron memompa penisnya dengan cepat ke vagina Maya, badan Maya sampai tersentak - sentak dibuatnya. Tak lama adegan itu aku lihat, Imron tiba - tiba melepas penisnya dari vagina Maya. Maya pun kemudian berjongkok dan langsung meraih penis Imron dan dimasukkan ke mulutnya. Wajah Imron memasang ekspresi kenikmatan, dan setelah ku lihat dengan benar, ternyata Imron sedang mengeluarkan spermanya di mulut Maya. Whaat? It is real? Dan aku lebih terkejut lagi, saat Maya ternyata menelan habis sperma Imron.

Aku kemudian langsung pergi dari Toilet itu, takut ketahuan mengintip. Hanya saja melihat adegan live seperti tadi membuatku terangsang. Jujur, vaginaku sudah terasa lembab dan gatal sejak dari tadi. Namun aku tak habis pikir, Maya temanku bisa - bisanya selingkuh. Memang yang aku tahu, Maya dan Imron berasal dari satu daerah, hanya saja aku masih tak habis pikir dengan kejadian itu.

Setelah itu, Maya masuk ke ruangan, dia seperti terkejut melihatku ada di ruangan.

"Loh, ga ikut rapat, Ya?" Tanyanya
"Aku telat, diusir tadi", jawabku.
"Sama dong, telat juga. Tau lah Kepala Kantor kan orangnya perfeksionis, mana mau ada yang telat dikit", jawabnya.
"Telat ato sengaja telat, May?", aku mencoba memancingnya.
"Maksud mu?", tanya Maya balik.
"Aku tau kok", jawabku singkat. Maya pun langsung mendekat ke arahku.
"Ssstttt, kok bisa? Jangan kasi tau siapa - siapa ya?" Ia berbisik dan matanya melotot kepadaku,
"Tenang aja, aku ga ember kok. Tapi kok bisa?", tanyaku.

Maya pun bercerita kepadaku kenapa ia bisa sampai berhubungan dengan Imron.

"Imron itu partner suamiku kalo soal ranjang. Awalnya, suamiku dulu waktu kuliah S2 nya di Aussie, aku ditinggal sendiri. Nah, namanya cewek, kalo lama ga dicolek sama cowok ya tau sendiri lah gimana. Lalu suamiku punya ide, kalo untuk urusan nafsuku, dia mau cari cowok buat gantiin posisinya dulu. Nah, Imron itu orangnya, kan kami satu daerah."
"Hah? Masa? Suamimu gitu? Kok kamu kamu?", tanyaku lagi.
"Iya, daripada aku selingkuh diam - diam, lebih baik seperti itu. Nah, karena udah sering begituan sama si Imron, waktu suamiku selesai kuliah, dia penasaran, dan pengen lihat aku begituan sama si Imron. Dan waktu aku sama Imron begituan di depan suamiku, eh suamiku lalu ikut nimbrung. Jadi deh sampai sekarang aku sering main bertiga."
"Ga masuk akal, May. Ga nyanga aku", komentarku.
"Ya, nyatanya gitu", jawab Maya singkat.
"Emang apa rasanya main sama 2 laki - laki?", Tanyaku penasaran.
"Hemmm, enak banget deh, nikmatnya berlipat - lipat dari yang cuma sama suamiku sendiri. Aku lebih bergairah, tenagaku ga ada habisnya. Suamiku dan Imron juga begitu, masing - masing yang kalo sendiri paling cuma 1 ronde, ini bisa sampe 3 atau 4 ronde sekali main. Nikmat benar lah. Tapi ingat yah, jangan kasi tau yang lain!".
"Iya, tenang aja", jawabku.

Hari itu aku pulang dengan penuh keheranan. Heran atas apa yang dilakukan Maya. Apa betul bercinta bertiga itu lebih nikmat? Aku pun membayangkan seandainya Arif dan Imron sedang menyetubuhiku berdua. Aduh, aku jadi terangsang terlebih karena rasa penasaranku.

Malam harinya, aku menelepon suamiku. Menanyakan apa kabarnya, tapi Suamiku malah mengajakku untuk Video Call. Waktu video call, dia menggoda - godaku, dan berbicara menjurus ke arah seks. Aku pun jadi terangsang.

"Ih, kan kamu. Aku pengen nih!", gerutuku pada Arif.
"Hihi, ya kan bisa main sendiri", jawab suamiku enteng.
"Enak aja, beda kali sama yang asli", jawabku.
"Ya, kan kemaren dah aku omongin", jawabnya
"Emangnya kamu bener - bener ngomong gitu?" Tanyaku.
"Beneran, yang penting terbuka aja samaku", jawab Arif. Aku menjadi semakin penasaran dengan bercinta dengan lelaki ain dan dengan bercinta bertiga.
"Emang kamu mau sama siapa?" Tanya Arif.
"Ehmm ga, ga ada lah, iseng doang nanya", jawabku,
"Bohong, aku tau betul kamu tuh gimana", jawab Arif
"Udah jujur aja, justru aku ndak suka kalo kamu ga jujur", Sambungnya.
"Hemmm, gini jadi .....", aku pun menceritakan kejadian waktu aku melihat Maya dan Imron.
"Ohh, ya udah. Terserah kamu. Yang penting nanti kasi tau aja, ya", jawabnya.

Obrolan pun kami sudahi. Aku bingung, apakah mau atau tidak. Sedangkan, kondsiku yang memang kepengen disentuh laki - laki, ditambah penasaran. Ah, mending aku besok nanya Maya aja deh. Besoknya, aku meminta saran kepada Maya. Dan dengan sedikit banyak pertimbangan, akhirnya Maya akan membantuku dengan meminta Imron untuk menyetubuhiku malam ini di rumah Maya, kebetulan Suami Maya sedang keluar kota
Malamnya, aku menitipkan anakku ke ibu Arif. Dan kemudian pergi ke rumah Maya. Sesampai di sana, Imron sudah datang terlebih dahulu. Aku agak canggung, aku pun kemudian menghubungi suamiku memberitahunya tentang apa yang akan aku lakukan. Arif pun mengiyakan, bahkan ia ingin melihat persetubuhanku melalui video chat. Namun, Imron bilang dia malu, dan suamiku pun mengerti. Setelah berbincang - bincang, Maya kemudian pamit tidur. Tinggallah aku dan Imran berdua.

Setelah hanya berdua, suasana menjadi canggung apalagi aku. Sebenarnya akau sedikit malu karena aku bukan wanita murahan, tapi kok minta disetubuhi Imron sih? Aduuuuhhhh.

"Alya, kamu yakin?", Imran memecah keheningan kami.
"Ga 100% sih, tapi udah di sini kenapa ga dicoba dulu?", Apaaa???? Aku kaget mengucapkan itu ke Imron, mungkin bisa saja Imron berpikir aku murhan. Aduuhh duuhh duuuhh.
"Ya udah, yok ke kamar", ajak Imron.

Kami pun ke kamar tamu rumah Alya. Imron masuk duluan, kemudian aku menyusul. Jantungku deg deg saat ini, gimana enggak? Ini pertama kalinya aku sekamar dengan laki - laki yang bukan suamiku.

Begitu aku memasuki Kamar, Imron langsung melepas kaus oblongnya. Ku perhatikan tubuhnya cukup atletis, nampak otot - otot di dada, perut, dan tangannya yang sepertinya hasil dari fitness. Dia kemudian melirikku yang duduk di tepi ranjang. Dan yang kemudian terjadi sungguh tidak kuduga. Imron menarikku ke arahnya. Tangannya memegang pipiku sambil dielus - elusnya.

"Jujur deh, dari semua cewek di kantor kita, kamu yang paling buat aku penasaran", kata Arif.
"Hmm, gombal deh", balasku.
"Beneran Alya, ga nyangka sekarang mimpi aku buat nyentuh kamu beneran terjadi", Sambungnya.

Dan entah siapa yang memulai, bibir kami berdua pun akhirnya saling beradu. Kami berpagutan seperti sepasang kekasih, Kami bergantian mengulum lidah. Tanganku memeluk badan Arif, sedangkan tangan Arif mulai bergerilya di badanku. Asli, rasanya beda banget dengan berciuman dengan Suamiku, aku jadi nambah penasaran, nambah nafsu dibanding dengan Suamiku. Pelan - pelan tangan Arif mengarah ke susuku yang masih tertutup pakaian. Diremasnya susuku dengan lembut, ciuman kami menjadi lebih panas, bahkan sampai mengekuarkan suara. Aku pun mendesah kecil menikmati remasan di susuku.

Puas dengan berciuman, Imran ingin yang lebih lagi. Diraihnya resleting dressku, dan diturunkannnya. Kemudian, ia lucuti dressku, tinggal lah bra dan celana dalam yang melekat di tubuhku. Aku reflek menutupi payudaraku karena malu dilihat oleh Imron. Namun, Imron menyingkiran tanganku,

"Ngapain ditutupin? Tubuhmu indah banget, sumpah putih, mulus, ga ada cacat, betul betul anugrah bisa ngentotin kamu malam ini, Alya", kata Imron mengagumi tubuhku.
"Duh, malu jadinya nih. Curang nih, kamu juga buka dong celananya."
Kemudian Imron membuka celana jeansnya, dan aku menjadi begitu terkejut karena tanpa ku sadari dari tadi, rupanya Imron tak memakai celama dalam. Aku terbelalak menyaksikan Penis Imron, sungguh besar, pantas saja Maya ketagihan dengan Imron. Ukurannya mungkin sampai 16 cm dengan diameter 5 cm. Bisa nyeri vaginaku dimasukkin penisnya itu. Punya suamiku tak ada apa - apanya dibanding dengan Penis yang ada di depanku saat ini.

Imron menyadari kalo aku sedang memperhatikan penisnya, dia kemudian mendekatiku, diraihnya tanganku dan diarahkan ke Penisnya.

"Ayo, Alya, kocokin kontolku", pinta Imron. Aku menurutinya, ku raih Penisnya dan kulingkarkn gengamanku ke Penis besar itu. Penis itu terasa begitu besar, hampir aku tak mampu menggenggamnya, dan terasa sangat keras dengan urat - uratnya yang menonjol.
"Gila, besar banget punya kamu", Kata ku sambil mengocoknya pelan.
"Ah, kok penis sih. Aku maunya nyebut ini Kontol", kata Imron
"Kontol, kontol kamu besar banget", kataku menuruti Imron.

Aku tak percaya, apa hanya karena menyaksikan kontol eh Penis Imron yang besar ini sudah membuatku terangsang hebat sampai sampai mau menyebut kata Kontol yang bahkan tak pernah ku gunakan pada Suamiku. Sial, vaginaku terasa lembab dan berdenyut, aku tak sabar ingin dimasuki penis Imran itu.
"Alya, ayo diemut kontolnya", sekali lagi aku langsung menurutinya.

Ku dekatkan wajahku ke Penis Imran, dan dari dekat ini tercium bau penisnya yang sungguh merangsangku. Awalnya ku ciumi kepala kontolnya, lalu ku jilat, dan ku sapu batangnya dari kepala hingga ke pangkalnya menggunakan lidahku. Imran mendesah, aku pun jadi semangat. Tanpa berpikir lagi, aku langsung melahap penis Imran. Ku kulum penisnya seperti mengulum permen, maju mundur, penisnya yang begitu panjang hampir menyentuh kerongkonganku.

Imran mendesah keenakan menikmati permainan mulutku, "duuhhh, enak banget ngentotin mulutmu" atau "jagoooo banget kamu ngisapnya" itu kata - kata yang keluar dari mulut Imran. Tak berapa lama, Imran mengentikan aksiku, "Udah deh, bisa - bisa keluar duluan gara - gara diisepin kamu". Imran lalu membaringkan ku, dan langsung menarik lepas braku, kepalanya langsung merangsek ke susuku, lidahnya merayapi permukaan susuku seperti mencari sesuatu, dan begitu sampai di putingku, langsung ia kulum begitu kuatnya. Tangan Imran mengelus - elus pahaku dan berakhir di vaginaku. Susuku bergantin diemutnya, aku terangsang begitu hebat

"Ehhmmmm ehmmm, ashhhh, geliiihh ahh", desahku menikmati cumbuannya
"Hmmm hmmmmm", begitu yang terdengar dari mulut Imran karena masih sibuk dengan kedua susuku.

"Gilahh, ahhh, shhhh", setiap kecupan Imran ditubuhku terasa menyetrum seluruh badanku. Nikmat. Senikmat ketika malam pertama ku dulu dengan Suamiku. Semua terasa serba baru, dan serba penasaran dengan apa yang akan dilakukan Imran selanjutnya.
Lama bermain dengan susuku, Imran mengarahkan kecupan dan lidahnya ke perutku, merayap hingga sampai ke vaginaku yang masih terbungkus dengan celana dalam. Aku menggelinjang ketika Imran memainkan lidahnya, ditusuk - tusukkan ke klitorisku. Kemudian, dengan perlahan Imran melepas celana dalamku. Matanya seperti melotot melihat vaginaku, ya maklum saja, aku yakin semua laki - laki pasti akan suka melihat vagina yang terawat seperti milikku.

"sumpah alyaaa, memek mu indah banget, njiiir wangi, ga tahan aku pengen nyodokinnya nih", puji Imran vulgar.
"Pasti suamimu ga pernah mau jauh - jauh dari memekmu ini ya kalo lagi ga keluar kota, kalo aku, ga akan mau kerja yang harus ninggalin istri kaya kamu", sambungnya yang sudah merapatkan mukanya ke vaginaku.

Perlahan Imran menciumi vaginaku yang sudah amat basah. Dihirupnya wangi vaginaku. Aku semakin terangsang mendengar pujiannya. Tak hanya dia yang ingin merasakan vaginaku, aku juga sudah sangat ingin meraskan setiap mili batang penis Imran di vaginaku.

"Cupssss sluurrplhhh slurrpppphhh", Imran tiba - tiba menyerang vaginaku. Klitorisku dikecupnya, kemudian dijilat dengan ujung lidahnya, seperti dikelitik. Jarinya Imran memijit pinggir vaginaku, sesekali masuk ke dalam lubang vaginaku.

"ooucchhhhsss ahhhs emm eheemmm"
"Duuhh ahhh, geliiihhh ahhchh"
"Duhhhn vaginakuuhh, ehhmmmm aahchhhas trushhiinn yaaang"

Aku mendesah tak karuan menikmati permainan lidah, bibir, dan jemari Imran di vaginaku. Aku sampai tak sadar memanggil Imran menggunakan kata sayang. Ku akui, dari awal tadi, Imran lebih hebat dari pada Suamiku kalau urusan ranjang. Aku terbuai, menikmati setiap rangsangan yang diberikannya, aku sudah lupa diri akan statusku yang sudah bersuami. Yang ku inginkan saat ini, adalah penis Imran mengaduk - aduk vaginaku. Ooohhh, bukan, bukan penis, tetapi kontol, ya kontol Imran yang besar itu mengaduk - aduk memekku ini. Aku lebih terangsang menggunakan kata 'kontol' dan 'memek'.

Imran terus memainkan memekku, desahanku bahkan sudah setengah berteriak. Rambut imran ku jambak dan kepalanya ku tekankan ke memekku, pinggulku ku goyangkan, rasanya sungguh gatal, aku ingin setiap inci memekku di lumat oleh Imran.
3 menit Imran memainkan vaginaku dengan mulutnya, aku merasa akan mencapai orgasmeku yang pertama. Dan benar saja, tak lama seluruh tubuhku seperti kesetrum, pinggulku ku angkat ke atas setinggi yang ku bisa, dan kemudian badanku melemas. Vaginaku berkedut - kedut mengeluarkan cairan surgawinya. Ya, orgasme pertama ku dengan Imran. Aku rasa ini adalah orgasme terhebat yang selama ini pernah ku dapat, bahkan dari Suamiku tak pernah ku rasakan senikmat ini. Apalagi nanti dengan kontolnya, pasti rasanya akan lebih nikmat.

"Alya, mau langsung, atau istirahat dulu", tanya Imran di sela - sela aku menikmati kedutan - kedutan orgasmeku.
"Langsunghh aja ayaanghh Imrann, dah ga tahan memekku, gatel pengen dimasukin kontol kamu", jawabku.
Imran pun langsung menindih tubuhku, perlahan ia gesekkan kepala kontolnya di klitoris dan bibir vaginaku. Rasanya geli namun amat nikmat. Pelan - pelan kepala kontol Imran didorongnya maju, namun meski memekku sudah banjir, kontol imran yang besar masih kesulitan masuknya.

Dengan sabar aku dan Imran mencobanya, dan perlahan - lahan kontolnya mulai menembus vaginaku. Sedikit perih karena baru dimasuki kontol besar seperti itu, namun nikmatnya jauh lebih daripada perihnya.

"Ahhhhssss", aku berteriak ketika seluruh kontol Imran masuk ke memekku. Sangat dalam rasanya, hingga seperti menyentuh rahimku. Memekku terasa penuh.

Imran mendiamkan kontolnya sejenak, memberikan kesempatan untuk memekku agar lebih elastis dimasuki oleh kontolnya. Dan tak lama, dengan pelan Imran mulai memompaku. Ditariknya pelan - pelan hingga hanya tersisa kepala kontolnya di dalam memekku. Dan dimasukkanya kembali dengan pelan, dan setiap gesekan antara kontolnya dan memekkj membuatku seperti rasa setrum yang menjalar ke seluruh tubuhku.

"Ahhh ahhh,, gila, kaya ngentotin perawan aja aku. memekmu sempit banget, kontolku kejepit rasanya", racau Imran ketika memompaku.
"Achhhhsss, kontol kamu yang gedeehhh yanggghss, cepettin dong aahhcccess, udah licinnnhh tuu", pintaku.

Imran pun langsung memompa penisnya cepat - cepat, aku tak kuasa teriak mendesah menikmati semua ini. Ahhhh, gila benar benar gila, sungguh nikmat. Hanya butuh 2 menit bagiku untuk merasakan orgame keduaku. Memekku langsung berkedut kedut menyemprotkan cairannya, badanku menegang. Imran mendiamku sejenak, sebelum kmbali memompa memekku.

"Acchhssss achhhh ehmmm ihhh oohhh ohhh" desahku yang meracau di setiap pompaan kontol Imran di memekku.

10 menit di posisi ini, aku ambil inisiatif untuk berganti posisi. Tanpa melepaskan kontolnya Imran, aku merubah possi hingga aku yang kini berada di atas. Kemudian badanku naik - turun di badan Imran seperti sedang menaiki seekor kuda. Kontol Imran terlihat seperti ditelan oleh memekku. Tangan Imran memeras kedua susuku, dipelintirnya kedua putingku.

"Triiingg triiinggg triiiinggg", tiba - tiba suara hp ku berdering. Imran langsung melihat HPku yang memang tak jauh dari kami. Dari layar hp ku tertera " My Husby" yang artinya Suamiku lah yang menelpon. Tanpa bertanya kepadaku, Imran langsung mengangkat telepon tersebut dan menyerahkan kepadaku. Lalu dengan cepat Imran melepaskan kontolnya yang berada di dalam vaginaku, dan kami langsung berganti posisi. Imran kini yang menunggangiku dari belakang, posisi doggy style. Sambil tetap memekku disodok - sodok oleh kontol Imran, aku berbicara dengan suamiku di telepon.

Suamiku :  Halo, sayaang. Gimana jadi?
Aku  : ehmmm apahhh sayaangghhh ahh??
Suamiku : Wah, jadi nih rupanya. Kemaren katanya ga mau? Ini kok kayak keenakan, sampai ngedesah gitu?
Aku : ihhhyaahh yhaaanggg ahhh auuuhsss, enaakshhhss yaaang. thankss yaaaahh uhhhhsss dahh dibolehiinsss aahhh ahhhh ahhhhh ( Imran mempercepat pompaannya tiba - tiba dan melambatkannya lagi )
Suamiku : duuuh, punya aku langsung berdiri nih yang.
Aku : ahhh masa, yaaanghh? Ya udahh kocoookinn ehmmm sndiriiihh ahh
Suamiku: iyaaa, yanghhss ( terdengar suara suamiku terengah - engah. Pasti ia sedang onani karena mendengar suaraku )
Aku : ahhhss ahhsss yaanghhh ampunhhhh enakkkh banggeettth
Aku : ahhsss yanghh konttolnyaah Imrannhhh gedehhh, ahahh penuh memek kuhh ( tak ada pembicaraan antara aku dan suamiku, masing -masing sibuk. Aku dengan sodokan - sodoan Imran, dan Suamiku dengan onaninya. Hanya desahan kami berdua yang terdengar )
Suamiku :  ahhhhhhhh hemmmm hemmmm ( sepertinya suamiku sudah mencapai orgasmenya )
Aku : yaaang dah nyampeeeh ???
Suamiku : hemmm hemmm iyah nih. Kamu lanjutin ajaah yah, jangan kebanyakan. Nanti ga bisa berdiri.
Aku : iyaahh yangghh

Telepon pun diputuskan Suamiku. Dan setelah itu, Imran makin mempercepat pompaannya. Susuku yang menggantung diremasnya, bibirnya menciumi sekujur punggungku. Sesekali pantatku diremas dan di tamparnya dengan pelan. Aku merasakan orgasme ketigaku akan datang sebentar lagi.

Benar saja, dipompa habis - habisan oleh Imran dari belakang, memekku kembali berkedut - kedut menyemprotkan cairannya. Badanku langsung lemas, dan ambruk ke ranjang. Imran berhenti, membiarkanku meresapi orgameku yang ketiga itu.

"kamu masih lama keluarnya?" Tanyaku ke Imran?
"Bentar lagi ini, yukh kita lanjutin", jawabnya
"Oke, kamu cepetin yah keluarnya", pintaku
"Kamu yang minta yah"

Imran kmbali menindih badanku. Kontolnya kembali memasuki lubang memekku. Diawali dengan pompaan pelan sejenak yang kemudian dipercepat sampai badanku tersentak - sentak hebat.

"Ahhssh  ashhhs ahshhhh dduhhh ahhhsss njjiiijnggg cepeeetghj baneetthhh"
"Ahhsss ahhsss enakkkm enkkkkk trusshhb ahhsss ahhsss aku mauuuhh kluarrr lgiiihn rasanyyaaaaa"
"Ahhn imraannnhhhh entotinnnn akuuhh cpeeeett cepaaaeeetttt ahssss"
"Ahhhhhhsss ahshsss ashhhhhhss, akuuh keluaaarhhh lagiihh ouchhh arrhghhh"

Tak pernah kubayangkan sekali, hanya satu menit dari orgasme ketiga ku, aku mendapat yang keempat. Pompaan Imran tak berhenti memompaku dengn cepat. Ia juga mengejar orgasmenya sendiri. Aku hanya diam pasrah, badanku lemas, tak mampu memberikan perlawanan.

"Orrhhh alyaaa, aku maj nyampeeehhhh" teriak Imran ketika orgasmenya sudah dekat
Dan tak lama Imran mencabut kontolnya dari memekku dan diarahkan ke mulutku, aku hanya pasrah menerima kontol Imran di dekat mulutku dan menerima spermanya yang menyemprot - nyemprot. Sebagian masuk ke dalam mulutku, sebagian lagi berceceran di muka dan badanku. Sangat banyak sperma yang dikeluarkan Imran. Imran memaksa untuk menelan spermanya yang ada di dalam mulutku, dan aku pun menurutinya. Baru kali ini aku merasakan sperma di wajah bahkan mulutku, bahkan menelannya. Ternyata rasanya asin gurih, enak dengan tekstur kenyal - kenyal.

Kami pun sama - sama terbaring lemas. Beristirahat dari permainan dahsyat kami tadi. Aku tak menyangka akan merasakan nikmat yang luar biasa seperti ini. Malam itu, kami melakukannya sekali lagi. Aku terbangun jam 7 pagi harinya dan mendapati Maya sedang menunggangi Imran. Aku sebenarnya terangsang, namun karena badanku cukup letih, akhirnya aku langsung pamit pulang.

Ya begitu lah cerita awal mula kehidupan seks ku yang luar biasa. Dan akan ku lanjutkan lagi ceritaku nanti, seperti ketika aku ngentot bertiga dengan Maya dan Imran atau ketika aku bertumar suami dengan maya, atau juga ketika aku digilir oleh Imran, suamiku, dan suami maya.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Mencoba Threesome Pertamakali

Suami Pengganti (Cuckold Story)

Perawanku Hilang Saat Threesome (FFM)